Puasa Sebelum Idul Adha Mendapatkan Amalan Sunnah yang Sarat Pahala
Umat Islam dianjurkan melaksanakan puasa sebelum Idul Adha, terutama pada tanggal 1–9 Dzulhijjah, sebagai bentuk ketakwaan dan persiapan spiritual.
02-06-2025, IndonesiaDalamBerita.com — Menjelang Hari Raya Idul Adha, umat Islam di seluruh dunia disunnahkan untuk menjalankan berbagai amalan mulia. Salah satunya adalah puasa sunnah sebelum Idul Adha, khususnya pada tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah.
Dalam ajaran Islam, puasa di awal Dzulhijjah memiliki keutamaan besar. Rasulullah SAW bersabda bahwa tidak ada hari-hari di mana amal shalih lebih dicintai Allah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Puasa dalam hari-hari ini, terutama puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, diyakini dapat menghapus dosa selama dua tahun: satu tahun sebelumnya dan satu tahun yang akan datang.
“Puasa pada hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan dosa tahun sebelumnya dan tahun setelahnya.”
(HR. Muslim)
Makna Puasa Dzulhijjah
Puasa ini bukan hanya rutinitas ibadah, tetapi sarana menyucikan diri dan meningkatkan ketakwaan sebelum menyambut hari besar. Dalam suasana menjelang Idul Adha, umat Islam diajak untuk merenungkan nilai-nilai pengorbanan, keikhlasan, dan solidaritas. Berikut Beberapa makna Puasa Dzulhijjah yang perlu kalian ketahui:
1. Meningkatkan Ketakwaan
Puasa di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, terutama pada tanggal 1 hingga 9, adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ibadah ini mengajarkan kesabaran, pengendalian diri, dan keikhlasan—fondasi utama dalam membangun ketakwaan.
“Dan berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)
2. Menghidupkan Sunnah Nabi
Rasulullah SAW dikenal sangat menganjurkan ibadah di hari-hari awal Dzulhijjah, termasuk puasa. Dalam sebuah hadis disebutkan:
“Tidak ada hari-hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini (10 hari pertama Dzulhijjah).” (HR. Bukhari)
Dengan berpuasa, umat Muslim meneladani kebiasaan Rasulullah dan menunjukkan cinta terhadap sunnah.
3. Menumbuhkan Rasa Solidaritas
Menahan lapar dan haus menjelang Idul Adha memperkuat rasa empati terhadap kaum dhuafa. Puasa menjadi latihan rohani untuk memahami penderitaan orang lain dan mendorong semangat berbagi, terutama menjelang penyembelihan kurban.
4. Persiapan Jiwa Menyambut Idul Adha
Dzulhijjah adalah momentum besar bagi umat Islam: musim haji, kurban, dan refleksi diri. Puasa sebelum Idul Adha menjadi sarana muraqabah (introspeksi) dan tazkiyatun nafs (penyucian jiwa), agar menyambut hari raya bukan sekadar tradisi, tapi penuh makna spiritual.
5. Pintu Pengampunan dan Doa Mustajab
Terutama pada hari Arafah (9 Dzulhijjah), puasa disertai doa sangat dianjurkan. Dalam hadis riwayat Muslim, puasa Arafah dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.
Puasa Arafah: Puncak Keutamaan
Bagi yang tidak melaksanakan haji, puasa Arafah menjadi puncak dari amalan sunnah di bulan Dzulhijjah. Puasa ini sangat dianjurkan karena langsung disebutkan dalam hadis sahih, dan menjadi amalan yang sangat ditekankan oleh para ulama.
Persiapan Menjelang Idul Adha
Selain berpuasa, umat Islam juga dianjurkan untuk memperbanyak takbir, tahlil, tahmid, serta mempersiapkan diri untuk berkurban bagi yang mampu. Kegiatan ini memperkuat nilai sosial dan spiritual, serta menumbuhkan rasa empati terhadap sesama.