Inovasi Dapur Tradisional: Memasak Menggunakan Media Batu yang Ramah Lingkungan
Kearifan lokal memasak dengan media batu kembali dilirik sebagai solusi alternatif hemat energi dan ramah lingkungan.
Di tengah meningkatnya biaya energi dan kesadaran terhadap isu lingkungan, metode memasak menggunakan media batu kembali mencuri perhatian. Metode ini bukan sekadar tradisi kuno, tetapi juga alternatif ramah lingkungan yang kini banyak dikaji ulang, baik oleh peneliti, pelaku industri kuliner, hingga komunitas pecinta alam.
Mengapa Media Batu?
Memasak dengan batu bukan hal baru bagi masyarakat adat di berbagai wilayah Indonesia. Di Papua, Sumatra, hingga Kalimantan, batu panas digunakan dalam upacara adat dan kegiatan memasak massal. Batu menyimpan panas lebih lama, mendistribusikan suhu secara merata, dan tidak memerlukan bahan bakar tambahan setelah dipanaskan.
Selain sebagai solusi energi alternatif, metode ini dianggap lebih sehat karena tidak menghasilkan asap berlebihan seperti kayu bakar dan tidak mengandung bahan kimia seperti gas elpiji.
“Teknologi sederhana ini justru menunjukkan bagaimana kearifan lokal bisa menjawab tantangan global,” ujar Irwan Adiputra, peneliti energi terbarukan dari Universitas Gadjah Mada.
Relevansi di Masa Kini
Kebangkitan tren ini juga didorong oleh gerakan back to nature dan meningkatnya permintaan akan gaya hidup sustainable. Di beberapa wilayah seperti Yogyakarta dan Bali, restoran-restoran kini mulai mempopulerkan konsep open stone kitchen, yaitu memasak langsung dengan batu panas di hadapan pelanggan.
Penggunaan media batu kini berkembang dalam inovasi teknologi ramah lingkungan. Sebagai contoh, kompor tenaga surya berbasis batu mulai diuji coba. Inovasi ini sedang dikembangkan oleh startup lingkungan binaan kampus IPB. Selain itu, penggunaan batu dinilai efisien menyimpan dan menyalurkan panas. Dengan demikian, teknologi ini berpotensi mendukung energi bersih di tingkat rumah tangga.
Tantangan dan Harapan
Meski memiliki potensi besar, teknik ini masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya, keterbatasan jenis batu yang mampu menahan panas tinggi. Selain itu, tidak semua daerah memiliki akses ke batu yang sesuai. Di sisi lain, kurangnya dokumentasi ilmiah juga menghambat pengembangan teknologi ini. Oleh karena itu, riset lebih lanjut sangat diperlukan untuk mendukung inovasi berbasis batu.
Namun, jika dilihat dari nilai edukatif, budaya, dan ekonomi lokal, penggunaan batu dalam memasak bisa menjadi peluang besar—khususnya dalam mendukung desa-desa wisata kuliner dan edukasi.
Baca Juga : Surga Desa Wisata di Papua
One thought on “Inovasi Dapur Tradisional: Memasak Menggunakan Media Batu yang Ramah Lingkungan”