3 Risiko Menurut Grab Jika Pengemudi Ojol Jadi Karyawan Tetap

3 Risiko Menurut Grab Jika Pengemudi Ojol Jadi Karyawan Tetap

Grab Peringatkan 3 Risiko Bila Driver Ojol Diubah Jadi Karyawan Tetap

21 Mei 20253 Risiko Menurut Grab Jika Pengemudi Ojol Jadi Karyawan Tetap. Simak ulasannya:

1. Penambahan Jumlah Pengangguran Jadi Ancaman Serius

Chief of Public Affairs Grab Indonesia, Tirza Munusamy, menegaskan bahwa perubahan status pengemudi ojol dari mitra menjadi karyawan tetap dapat memicu peningkatan pengangguran terbuka.

“Jika semua pengemudi harus diangkat sebagai karyawan, maka jumlahnya akan jauh berkurang. Kami tidak bisa menyerap jutaan driver dalam skema pekerja formal,” ujar Tirza dalam diskusi Dinamika Industri On-Demand di Indonesia, Senin 19 Mei 2025.

Dengan menjadi karyawan, perusahaan wajib memenuhi hak normatif pekerja seperti jaminan kesehatan dan pensiun, yang tidak bisa diberikan kepada seluruh mitra eksisting karena keterbatasan sumber daya.

2. Fleksibilitas Hilang, Persyaratan Jadi Driver Akan Meningkat

Risiko kedua yang diungkap Grab adalah hilangnya fleksibilitas kerja, yang selama ini menjadi keunggulan utama sistem kemitraan.

“Jika jadi karyawan, maka ada jam kerja baku, persyaratan rekrutmen naik. Tidak semua orang bisa jadi pengemudi ojol,” jelas Tirza.

Model kerja fleksibel ini selama ini menjadi bantalan sosial dan solusi sementara untuk banyak orang yang belum mendapat pekerjaan tetap.

3. UMKM Terancam Mati, Ekosistem Grab Terpukul

Grab juga memperingatkan bahwa skema karyawan tetap bisa menghancurkan ekosistem ekonomi digital, khususnya UMKM yang bergantung pada layanan GrabFood dan GrabExpress.

“Banyak UMKM yang mitra kami akan hilang jika sistem berubah. Skema kemitraan justru membantu banyak pelaku usaha kecil,” ujar Tirza.

Ekonom Senior Universitas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi, menyatakan bahwa tuntutan menjadikan pengemudi sebagai pegawai formal adalah bentuk kegagalan negara menyediakan lapangan kerja formal.

“Pemerintah harus membangun industrinya. Kalau semua dipaksa jadi karyawan, aplikasi bisa hengkang. Dampaknya lebih besar ke ekonomi nasional,” tegas Fithra.

 

Menurut Executive Director Modantara, Agung Yudha, solusi terbaik adalah menjadikan pengemudi ojol sebagai pengusaha mikro UMKM, bukan pekerja tetap.

“Dengan begitu, mereka tetap bisa fleksibel, namun juga bisa didukung dalam skema formal seperti akses pembiayaan dan perlindungan sosial,” jelasnya.

Baca juga: Ribuan Ojol Demo Serentak Hari Ini Aplikasi Dimatikan 24 Jam

 

Rencana atau dorongan agar pengemudi ojol menjadi karyawan tetap menuai pro dan kontra. Grab dan sejumlah pihak menilai langkah ini justru bisa menimbulkan masalah sosial dan ekonomi baru, mulai dari lonjakan pengangguran, hilangnya fleksibilitas kerja, hingga terpukulnya UMKM digital.

 

Solusi seperti menjadikan pengemudi sebagai bagian dari UMKM dinilai lebih realistis dan adaptif terhadap kondisi pasar tenaga kerja Indonesia yang masih berkembang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *