Pengusaha Khawatir! Sederet Industri Padat Karya RI Dalam Kondisi Kritis

Pengusaha Khawatir! Sederet Industri Padat Karya RI Dalam Kondisi Kritis

Industri Padat Karya RI Terpuruk, PHK Massal Tak Terbendung

15 Mei 2025Pengusaha Khawatir! Sederet Industri Padat Karya RI Dalam Kondisi Kritis. Kondisi industri padat karya di Indonesia kini dalam titik kritis. Industri yang selama ini menjadi tulang punggung penyerapan tenaga kerja—seperti tekstil dan produk tekstil, minyak kelapa sawit (CPO), hingga tembakau—mengalami pelemahan tajam.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani, menyebut efek dari krisis ini sangat nyata, terutama dalam bentuk gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. “Sekarang semua sebenarnya padat karya terimbas. Makanya kenapa sekarang kita lebih banyak menyuarakan padat karya,” ujar Shinta saat ditemui di Kantor DPP Apindo, Jakarta, Rabu (14/5/2025).

Berdasarkan data Apindo, sepanjang 1 Januari hingga 10 Maret 2025:

  • 73.992 pekerja tidak lagi menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan

  • 40.683 pekerja mengajukan klaim JHT BPJS TK

Angka ini memperparah kondisi tahun 2024 lalu yang mencatat 411.481 pekerja terdampak PHK.

Dampak Buruk Terhadap Daya Beli dan Pertumbuhan Ekonomi

Shinta menambahkan bahwa tingginya angka PHK ini telah berdampak langsung terhadap daya beli masyarakat. Tercermin dari pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 yang hanya mencapai 4,87% yoy, tak mampu menyentuh angka psikologis 5%. “Padahal ini mencakup periode Ramadan yang biasanya belanja meningkat. Tapi tahun ini terasa berbeda,” ujar Shinta.

Kinerja Industri Turun Drastis: Tekstil, Tembakau, CPO

Berikut ini ringkasan pelemahan industri padat karya di kuartal I-2025:

Sektor Industri Pertumbuhan Q1 2025 Pertumbuhan Q4 2024
Tekstil dan Pakaian Jadi 4,64% 7,17%
Pengolahan Tembakau -3,77% (kontraksi) 1,89%
Kulit dan Alas Kaki 6,95% 9,16%
CPO (Minyak Kelapa Sawit) -6,67% (kontraksi) Tidak disebutkan
Batu Bara -21,28% Tidak disebutkan

Permintaan yang anjlok baik dari pasar domestik maupun internasional menjadi penyebab utama lesunya industri-industri ini.

Survei Apindo: PHK Karena Permintaan Lesu

Dari survei yang dilakukan Apindo pada 17–21 Maret 2025 terhadap lebih dari 350 perusahaan anggota:

  • 69,4% perusahaan mengaku melakukan PHK karena penurunan permintaan.

Selain permintaan yang melemah, biaya produksi tinggi akibat banyaknya pungutan pemerintah juga menjadi hambatan utama. “Kami mengerti pemerintah butuh penerimaan, tapi jangan sampai memperparah situasi bisnis yang sudah sulit,” tegas Shinta.

Revitalisasi Industri Padat Karya Jadi Kunci Pemulihan

Apindo mendorong pemerintah untuk segera melakukan revitalisasi industri padat karya, karena sektor ini menyangkut nasib jutaan tenaga kerja dan kestabilan ekonomi nasional.

 

 

Industri padat karya Indonesia sedang menghadapi krisis serius. Jika tidak segera ditangani melalui langkah konkret seperti revitalisasi industri, penyesuaian biaya produksi, serta stimulus daya beli masyarakat, maka ancaman krisis ekonomi bisa menjadi kenyataan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *