Musim Salju Berkepanjangan: Ketika Cuaca Ekstrem Ganggu Keseharian dan Ekonomi Global
Jakarta, 25 April 2025 – Musim dingin yang biasanya berakhir pada Maret kini terus berlanjut hingga penghujung April bahkan awal Mei di sejumlah negara di belahan utara dunia. Fenomena ini disebut sebagai musim salju berkepanjangan, dan mulai menimbulkan dampak serius terhadap kehidupan sosial, ekonomi, serta ketahanan lingkungan.
Negara-Negara Terdampak Salju Ekstrem
Sejumlah wilayah di Eropa Timur, Amerika Utara, dan Asia Timur melaporkan suhu yang tetap berada di bawah nol derajat Celcius, disertai curah salju yang tinggi. Hal ini menyebabkan:
-
Tertundanya jadwal pertanian musim semi
-
Gangguan transportasi dan logistik
-
Meningkatnya konsumsi energi untuk pemanasan
-
Risiko kesehatan bagi kelompok rentan
“Suhu yang seharusnya menghangat kini justru membeku. Ini membuat aktivitas pertanian, terutama penanaman kembali, tertunda hingga waktu yang belum pasti,” ungkap John McAlister, petani gandum di Kanada.
Apa Penyebab Musim Salju Berkepanjangan?
Fenomena ini dikaitkan dengan perubahan pola angin kutub atau polar vortex yang melemah, sehingga udara dingin dari Arktik menyebar ke wilayah yang biasanya sudah menghangat.
Selain itu, perubahan iklim global akibat pemanasan suhu bumi juga memicu ketidakteraturan musim. Menurut para peneliti, musim dingin ekstrem justru bisa menjadi konsekuensi dari pemanasan global yang tidak merata.
Baca juga: Self Healing Bukan Sekadar Liburan
Dampaknya Tak Hanya Fisik, tapi Juga Ekonomi
Di sektor ekonomi, musim dingin yang lebih lama menyebabkan melonjaknya biaya energi, gangguan distribusi barang, dan turunnya produktivitas kerja. Beberapa negara bahkan mengeluarkan subsidi tambahan untuk membantu masyarakat menghadapi cuaca ekstrem.
Sementara di bidang kesehatan, kasus hipotermia, flu, dan gangguan pernapasan meningkat tajam, terutama di wilayah pedesaan yang kurang memiliki fasilitas pemanas memadai.
Penutup
Musim salju berkepanjangan bukan hanya isu musiman, tapi sinyal bahwa dunia sedang menghadapi ketidakpastian iklim yang semakin kompleks. Dunia perlu beradaptasi lebih cepat—bukan hanya dalam kebijakan iklim, tapi juga kesiapan infrastruktur dan perlindungan sosial.