Tumpukan uang kertas dan koin rupiah Indonesia di atas meja kayu, simbol ketimpangan ekonomi kelas menengah.

Kelas Menengah Semakin Tersisih oleh Kaum Superkaya, Ketimpangan Kian Menganga

Ketika Pertumbuhan Ekonomi Tidak Lagi Merata

IndonesiaDalamBerita – Di tengah pesatnya pertumbuhan kekayaan global pasca-pandemi dan lonjakan teknologi digital, fenomena baru mencuat di berbagai negara, termasuk Indonesia kelas menengah semakin tersisih oleh akumulasi kekayaan kaum superkaya. Perbedaan pendapatan dan kepemilikan aset kini terlihat jelas, menciptakan jurang sosial dan ekonomi yang mengkhawatirkan bagi kelas menengah ke bawah.

Data Menunjukkan Kesenjangan Nyata

Menurut laporan terbaru dari Oxfam dan World Inequality Lab, dalam lima tahun terakhir:

  • 1% orang terkaya di dunia menguasai lebih dari 45% kekayaan global.

  • Di Indonesia, kekayaan empat orang terkaya setara dengan gabungan harta 100 juta warga termiskin.

  • Kelas menengah rentan turun, terutama akibat inflasi tinggi, biaya pendidikan dan kesehatan yang melonjak, serta stagnasi upah.

Siapa Sebenarnya Kelas Menengah?

Kelas menengah umumnya adalah mereka yang:

  • Memiliki pendapatan cukup untuk konsumsi non-esensial (liburan, investasi kecil),

  • Memiliki rumah sendiri (atau mencicil),

  • Menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi.

Sekarang ini, beban hidup dan tekanan finansial membuat banyak dari mereka terjebak utang, kehilangan tabungan, dan hidup dari gaji yang rendah.

Baca Juga: Belanja Liburan Tiongkok Naik Saat Libur May Day, Tapi Sektor Jasa Tertekan

Kaum Superkaya Bertambah, Pajak Belum Efektif

Jumlah miliarder di Asia Tenggara meningkat dua kali lipat sejak 2020. Mereka mengakumulasi kekayaan dari:

  • Properti, saham teknologi, dan instrumen keuangan,

  • Bisnis digital yang berskala global,

  • Pajak kapital yang rendah dan insentif investasi besar.

Sementara itu, pajak untuk kelas menengah terus berjalan normal, bahkan cenderung meningkat. Belum ada mekanisme yang efektif untuk menarik pajak kekayaan dari individu dengan aset triliunan rupiah.

Efek Langsung bagi Kelas Menengah

  1. Harga rumah tinggi, membuat kaum muda sulit memiliki rumah.

  2. Biaya pendidikan tinggi tidak terjangkau, membuat  utang pendidikan.

  3. Akses kesehatan swasta mahal, BPJS jadi satu-satunya pilihan.

  4. Persaingan kerja makin ketat, karena otomasi dan dominasi korporasi besar.

Apa Solusinya?

Menurut ekonom Universitas Indonesia, Dr. Nenden Rahayu, perlu langkah yang bijak agar kelas menengah tidak tersisih:

“Kebijakan fiskal harus progresif. Pajak kekayaan, transparansi aset, serta subsidi produktif untuk kelas menengah harus segera digulirkan.”

Beberapa negara seperti Spanyol, Norwegia, dan Chile telah mulai menerapkan pajak superkaya untuk mendanai pendidikan, perumahan rakyat, dan subsidi energi.

Kelas menengah adalah tulang punggung stabilitas ekonomi dan demokrasi. Jika mereka terus tersisih, maka bukan hanya ekonomi yang terguncang, tetapi juga struktur sosial dan kepercayaan terhadap negara. Sudah waktunya kebijakan publik berpihak pada mayoritas yang bekerja keras, bukan minoritas yang menikmati hasil tanpa distribusi adil.

Ikuti update terbaru seputar Berita di sosial media kami:
Tiktok: @indonesiadalamberita_  | Instagram: @indonesiadalamberita